Selasa, Agustus 23

Pengaruh Pendidikan Terhadap Kesuksesan

Setiap orang memiliki definisi sendiri untuk menggambarkan kesukesan. Lalu apakah arti dari kata sukses itu menurut kamu?


Apakah lulus kuliah dengan IPK 4, lalu mendapatkan perkerjaan bagus dengan gaji tinggi, bisa membeli mobil mewah, seperti Lamborghini, Bentle, rumah mewah dengan kamar tidur seluas stadion senayan, istri cantik/suami tampan? Apakah itu kesuksesan yang kamu pikirkan atau ada hal lain?

Zig Ziglar pernah mengatakan:“Sukses adalah mendapatkan banyak hal yang bisa dibeli oleh uang dan semua hal yang tidak bisa dibeli oleh uang. Anda bisa membeli kasur, tapi anda tidak bisa membeli tidur nyenyak”

Jadi, sukses itu tidak hanya berkiblat pada banyaknya uang yang bisa dimiliki, tapi juga kepuasan kita untuk melakukan hal-hal yang kita sukai.

Coba bayangkan, ketika kamu menjadi seorang CEO dari produk Apple, kamu bekerja keras setiap hari untuk menghasilkan uang banyak dan kamu mendapatkannya, kamu bisa membeli apapun yang kamu inginkan (meskipun kamu tidak bisa memperpanjang umur kamu dengan uang). Tapi disisi lain kamu tidak menyukai perkerjaan kamu, kamu bekerja dengan terpaksa agar bisa dianggap sebagai orang sukses, kamu tidak memiliki waktu untuk dirimu sendiri, kamu tidak bisa melakukan hal-hal yang kamu sukai, dan disisi ini jiwamu merasa tertekan dan menderita. 

Maka, coba kamu simpulkan dan jawab, apakah kamu merasa sukses atau menderita? Ataukah kamu memiliki jawaban ketiga, seperti sukses dalam penderitaan atau sebaliknya?
Tapi bukankah akan lebih baik jika kamu menjadi sukses dan bahagia?

Tapi, di sini saya tidak akan membahas tentang kebahagiaan, kepuasan hati dan sebagainya, saya akan membahas tentang bagaimana pendidikan akan membuat seseorang menjadi sukes.

Selamat membaca!
Bagaimana peran pendidikan dalam meningkatkan taraf hidup seseorang?

Hampir semua orangtua menginginkan anaknya menjadi sukses (kenapa saya tulis hampir semua? Karena memang realitasnya banyak orangtua yang malah dengan sengaja merusak masa depan anak-anaknya sendiri, kalian pasti tahu maksud saya). 

Para orangtua yang menginginkan anak mereka sukses tidak segan-segan mengeluarkan biaya yang banyak agar anaknya mendapatkan pendidikan yang tinggi, sebuah sekolah atau universitas dengan akreditas baik dan fasilitas yang memadai (meskipun mereka terdiri dari latar belakang yang tidak semuanya orang kaya). Tapi mereka rela bekerja keras, banting tulang siang dan malam demi kesuksesan dan masa depan anaknya.

Tapi, realita pahit yang kita saksikan akhir-akhir ini benar-benar sangat miris, melihat banyaknya sarjana yang pengangguran dan masih menggantungkan hidup kepada orangtuanya, sarjana yang bekerja seadanya hanya untuk mendapatkan uang, sarjana yang bekerja tidak pada bidangnya hanya agar bisa makan. 

Saya pernah melakukan observasi terhadap pengemis anak-anak pada tahun 2013 (tugas mata kuliah Penelitian Kualitatif). Dia adalah seorang bocah laki-laki berumur 11 tahun dan tidak sekolah, ketika saya bertanya “Kenapa kamu tidak sekolah?”jawabannya sungguh mengagetkan “Saya memang tidak ingin sekolah, lebih baik gini saja karena dapat uang, di sekolah tidak dapat apa-apa, tidak ada yang memberikan saya uang” (begitulah bahasa formalnya, karena saat interview dia menggunakan bahasa campur-campur, bahasa Jawa dan Indonesia). 

Wah, saya langsung membayangkan bagaimana kalau adik saya sendiri menjawab seperti itu, mungkin akan langsung saya jitak kepalanya. Bagaimana mungkin bocah sekecil itu menganggap bahwa pendidikan tidak penting? Tapi setelah saya pikir-pikir memang ada benarnya ucapan dia. Kenapa? Karena banyak orang sukses yang terbentuk oleh pengalaman yang mereka dapatkan, keadaan susah menjadikan mereka pribadi yang lebih tangguh dan bekerja keras sehingga bisa menghargai arti kesuksesan dalam bentuk fisik (uang). Banyak orang sukses yang bahkan tidak pernah makan bangku sekolahan, orang sukses yang hanya tamat SD atau dengan level pendidikan rendah lainnya.

Apakah kalian tidak merasa iri ketika melihat seseorang yang tidak tamat SD tapi berpenghasilan puluhan juta rupiah per bulan, sedangkan kalian adalah lulusan sarjana?

Jangan bertanya kepada saya, tentu saja saya merasa iri dan bertanya-tanya bagaimana dia bisa menjadi seperti itu?

Dan jawaban yang saya dapat adalah? Mereka tidak pernah menolak kesempatan sekecil apapun, pekerjaan dengan gaji berapapun. Tapi, para sarjana? Mereka memiliki kriteria untuk mencari pekerjaan, dengan standar gaji mereka sendiri (meskipun mungkin belum berpengalaman), sebagian dari mereka menolak pekerjaan yang ada di depan mata dengan alasan gaji kecil dan lain-lain, tapi ada juga beberapa yang menerima. 

Padahal sebenarnya di sinilah letak proses untuk mencapai si sukses itu, jangan pernah melewatkan kesempatan sekecil apapun karena pengalaman akan membuatmu menjadi besar. Seorang tukang becak yang memiliki banyak pengalaman akan lebih diterima  dibandingkan supir taksi yang tidak tahu rute perjalanan (begitulah bahasa mudahnya). Jadi, jangan pernah menyepelekan segala sesuatu yang Nampak kecil karena mungkin saja dia akan membawa sesuatu yang besar di kemudian hari, kerja keras akan menaikkan derajatmu meskipun tidak dengan cara instan.
Maka, apa yang harus dilakukan?
Kita harus membentuk diri kita masing-masing 
Lalu apa gunanya pendidikan jika orang yang berpendidikan tinggi akhirnya tidak menjadi apa-apa?
Di manakah si pendidikan itu? Dan bagaimana perannya dalam membentuk masa depan seseorang?


Jadi , sebenarnya diri kamu sendirilah yang membentuk karakter kamu, karena pendidikan adalah sebagai media untuk mengasah kemampuan kamu baik di bidang seni, sastra, politik, ekonomi dan sebagainya. Pendidikan akan membuka wawasan kamu dan ketika itu kamu akan berpikir dan menilai sendiri apa pentingnya pendidikan.