Setiap orang memiliki definisi sendiri untuk menggambarkan kesukesan. Lalu apakah arti dari kata sukses itu menurut kamu?
Apakah lulus kuliah dengan IPK 4, lalu
mendapatkan perkerjaan bagus dengan gaji tinggi, bisa membeli mobil mewah,
seperti Lamborghini, Bentle, rumah mewah dengan kamar tidur seluas stadion
senayan, istri cantik/suami tampan? Apakah itu kesuksesan yang kamu pikirkan
atau ada hal lain?
Zig Ziglar pernah mengatakan:“Sukses adalah
mendapatkan banyak hal yang bisa dibeli oleh uang dan semua hal yang tidak bisa
dibeli oleh uang. Anda bisa membeli kasur, tapi anda tidak bisa membeli tidur
nyenyak”
Jadi, sukses itu tidak hanya berkiblat
pada banyaknya uang yang bisa dimiliki, tapi juga kepuasan kita untuk melakukan
hal-hal yang kita sukai.
Coba bayangkan, ketika kamu menjadi
seorang CEO dari produk Apple, kamu bekerja keras setiap hari untuk
menghasilkan uang banyak dan kamu mendapatkannya, kamu bisa membeli apapun yang
kamu inginkan (meskipun kamu tidak bisa memperpanjang umur kamu dengan uang).
Tapi disisi lain kamu tidak menyukai perkerjaan kamu, kamu bekerja dengan
terpaksa agar bisa dianggap sebagai orang sukses, kamu tidak memiliki waktu
untuk dirimu sendiri, kamu tidak bisa melakukan hal-hal yang kamu sukai, dan
disisi ini jiwamu merasa tertekan dan menderita.
Maka, coba kamu simpulkan dan jawab,
apakah kamu merasa sukses atau menderita? Ataukah kamu memiliki jawaban ketiga,
seperti sukses dalam penderitaan atau sebaliknya?
Tapi bukankah akan lebih baik jika kamu
menjadi sukses dan bahagia?
Tapi, di sini saya tidak akan membahas
tentang kebahagiaan, kepuasan hati dan sebagainya, saya akan membahas tentang
bagaimana pendidikan akan membuat seseorang menjadi sukes.
Selamat membaca!
Bagaimana
peran pendidikan dalam meningkatkan taraf hidup seseorang?
Hampir semua orangtua menginginkan
anaknya menjadi sukses (kenapa saya tulis hampir semua? Karena memang
realitasnya banyak orangtua yang malah dengan sengaja merusak masa depan
anak-anaknya sendiri, kalian pasti tahu maksud saya).
Para orangtua yang menginginkan anak
mereka sukses tidak segan-segan mengeluarkan biaya yang banyak agar anaknya
mendapatkan pendidikan yang tinggi, sebuah sekolah atau universitas dengan
akreditas baik dan fasilitas yang memadai (meskipun mereka terdiri dari latar
belakang yang tidak semuanya orang kaya). Tapi mereka rela bekerja keras,
banting tulang siang dan malam demi kesuksesan dan masa depan anaknya.
Tapi, realita pahit yang kita saksikan
akhir-akhir ini benar-benar sangat miris, melihat banyaknya sarjana yang
pengangguran dan masih menggantungkan hidup kepada orangtuanya, sarjana yang
bekerja seadanya hanya untuk mendapatkan uang, sarjana yang bekerja tidak pada
bidangnya hanya agar bisa makan.
Saya pernah melakukan observasi
terhadap pengemis anak-anak pada tahun 2013 (tugas mata kuliah Penelitian
Kualitatif). Dia adalah seorang bocah laki-laki berumur 11 tahun dan tidak
sekolah, ketika saya bertanya “Kenapa kamu tidak sekolah?”jawabannya
sungguh mengagetkan “Saya memang tidak ingin sekolah, lebih baik gini
saja karena dapat uang, di sekolah tidak dapat apa-apa, tidak ada yang
memberikan saya uang” (begitulah bahasa formalnya, karena saat
interview dia menggunakan bahasa campur-campur, bahasa Jawa dan
Indonesia).
Wah, saya langsung membayangkan
bagaimana kalau adik saya sendiri menjawab seperti itu, mungkin akan langsung
saya jitak kepalanya. Bagaimana mungkin bocah sekecil itu menganggap bahwa
pendidikan tidak penting? Tapi setelah saya pikir-pikir memang ada benarnya
ucapan dia. Kenapa? Karena banyak orang sukses yang terbentuk oleh pengalaman
yang mereka dapatkan, keadaan susah menjadikan mereka pribadi yang lebih
tangguh dan bekerja keras sehingga bisa menghargai arti kesuksesan dalam bentuk
fisik (uang). Banyak orang sukses yang bahkan tidak pernah makan bangku
sekolahan, orang sukses yang hanya tamat SD atau dengan level pendidikan rendah
lainnya.
Apakah kalian tidak merasa iri ketika
melihat seseorang yang tidak tamat SD tapi berpenghasilan puluhan juta rupiah
per bulan, sedangkan kalian adalah lulusan sarjana?
Jangan bertanya kepada saya, tentu saja
saya merasa iri dan bertanya-tanya bagaimana dia bisa menjadi seperti itu?
Dan jawaban yang saya dapat adalah?
Mereka tidak pernah menolak kesempatan sekecil apapun, pekerjaan dengan gaji
berapapun. Tapi, para sarjana? Mereka memiliki kriteria untuk mencari
pekerjaan, dengan standar gaji mereka sendiri (meskipun mungkin belum
berpengalaman), sebagian dari mereka menolak pekerjaan yang ada di depan mata
dengan alasan gaji kecil dan lain-lain, tapi ada juga beberapa yang
menerima.
Padahal sebenarnya di sinilah letak
proses untuk mencapai si sukses itu, jangan pernah melewatkan kesempatan
sekecil apapun karena pengalaman akan membuatmu menjadi besar. Seorang tukang
becak yang memiliki banyak pengalaman akan lebih diterima dibandingkan
supir taksi yang tidak tahu rute perjalanan (begitulah bahasa mudahnya). Jadi,
jangan pernah menyepelekan segala sesuatu yang Nampak kecil karena mungkin saja
dia akan membawa sesuatu yang besar di kemudian hari, kerja keras akan menaikkan
derajatmu meskipun tidak dengan cara instan.
Maka,
apa yang harus dilakukan?
Kita harus membentuk diri kita
masing-masing
Lalu apa gunanya pendidikan jika orang
yang berpendidikan tinggi akhirnya tidak menjadi apa-apa?
Di manakah si pendidikan itu? Dan
bagaimana perannya dalam membentuk masa depan seseorang?
Jadi , sebenarnya diri kamu sendirilah
yang membentuk karakter kamu, karena pendidikan adalah sebagai media untuk
mengasah kemampuan kamu baik di bidang seni, sastra, politik, ekonomi dan
sebagainya. Pendidikan akan membuka wawasan kamu dan ketika itu kamu akan
berpikir dan menilai sendiri apa pentingnya pendidikan.